JOURNEY

Saturday, January 27, 2007

Barang Milikku Yang Paling Berharga Adalah Kamu ( True Story)

Aku sangat menyukai ucapan
mama :"Barang milikku yg paling
berharga adalah kamu!" Ucapan yang
sangat menyejukkan hati. dan sampai
sekarang aku masih mengingatnya.

Papa dan mama menikah karena
dijodohkan orang tua, demikianlah yg
dialami para muda-mudi dizaman itu,
tapi hal ini sudah umum, tapi dizaman
sekarang peristiwa itu sudah jarang
terjadi, kebanyakan adalah hasil
pilihan sendiri.Tapi mama sangat
mencintai papa, demikian juga dg papa
dan tampak selalu mesra, akur bagaikan
pasangan cinta sejoli. Sangat sulit
dibayangkan bahwa pernikahan mereka
pernah diterjang badai! Badai
itu nyaris memisahkan mereka. hanya
karena emosi sesaat saja! Papa dan
mama bekerja diinstansi yg sama, oleh
karena itu setiap hari berangkat dan
pulang bersama. Suatu hari mereka
kerja lembur, mengadakan stock opname
digudang, hingga pukul 2.00 dinihari
dan baru pulang kerumah.

Papa sangat letih dan lapar, sampai
dirumah tidak ada makanan maupun
minuman yg siap disaji. Papa yg lapar
minta mama untuk menyiapkan makanan
dan minuman. Beberapa hari belakangan
ini emosi mama memang tidak stabil,
ditambah lagi dg adanya lembur, badan
dan pikiran sungguh melelahkan,
sehigga dg kondisi yg labil
itu, mama spontan menjawab dg nada
keras, " mau makan dan minum,
memangnya tidak bisa masak sendiri?
Apa tidak punya tangan dan kaki lagi,
ya?"

Karena papa juga terlalu capek, dan
langsung menjawab dg acuh tak acuh, "
kamu ini isteriku, memasak adalah
sudah menjadi kewajibanmu!"

Mama langsung merespon, "tengah malam
begini mau masak apa? Sudah lewat
waktunya makan, orang laki seharusnya
lebih kuat dari pada perempuan!"

Mendengar itu, marahlah papa, beliau
langsung berteriak dg emosi, "kamu
salah makan obat apa kemarin? Mau
sengaja cari ribut,ya? Istri memasak
untuk suami adalah wajar, kenapa harus
tergantung pada waktu? Kamu tidak
senang, ya? Kalau tidak senang, kamu
pergi saja sekarang dari rumah ini!!!"

Mama tidak menyangka akan menerima
reaksi yg begitu keras. Setelah terdiam
sesaat, mama kemudian berkata sambil
menitikkan air mata, "kamu ingin aku
pergi........aku akan pergi sekarang!"
Mama segera kembali kekamar untuk
mengemasi barang2nya.

Melihat mama masuk kamar dan berkemas-
kemas, papa berkata kepada mama yg
membelakanginya, "bagus! Pergi sana!
Ambil semua barang2mu dan jangan
kembali lagi!"

Beberapa saat kemudian suasana menjadi
sunyi senyap, tak ada kata2 kebencian
lagi yg muncul, menit demi menit
berlalu, tapi mama tetap tak kunjung
keluar dari kamar. Merasakan keanehan
itu, papa kemudian menyusul masuk
kamar dan melihat mama sedang duduk
diranjang penuh dengan linangan air
mata. Sambil menatap koper kulit besar
yg masih tergeletak diatas ranjang.
Melihat papa datang, dg ter-isak2 mama
berkata, "duduklah diatas koper kulit
itu, supaya aku boleh mengenang masa2
perpisahan kita yg terakhir."

Merasa aneh, maka dengan sendu papa
akhirnya tidak tahan juga untuk tidak
bertanya, " "untuk apa?"

Sambil menangis dg ter-putus2 mama
berkata, "emas dan perak aku tidak
memilikinya," tapi milikku yang paling
berharga adalah kamu!" Kamu dan
anak2ku, aku tidak memiliki apapun..."

Meskipun kejadian itu telah lewat lama
sekali, tapi aku masih mengingatnya
terus sampai sekarang. Apalagi ketika
mama mengucapkan kata2 terakhir itu,
papa merasa sangat tergoncang, sejak
malam itu, papa telah diubah dan telah
menjadi sangat hormat dan sayang
kepada mama. Menggandeng tangan anak2,
merangkul mama serta senantiasa saling
berpelukan. Kelak aku juga bercita-
cita ingin mendapatkan pasangan yg
seperti papa.

Kehidupan apapun yg kita jalani ini,
itu tidaklah penting; tapi yg
terpenting adalah bagaimana sikap kita
dalam menghadapi hidup ini, terutama
disaat-saat badai itu muncul."

=======

Sumber : (milis
Evangelisasi)

Posted by love story :: 6:58 AM :: 2 Comments:

Post / Read Comments

---------------oOo---------------

Friday, January 26, 2007

SAHABAT???

“True Friends come in the good times when we tell them to, and come in the bad times…. Without calling”
Sebaris kalimat yang penuh makan persahabatan yang sangat indah. Andaikan setiap orang seperti itu. Dunia akan sangat indah, mungkin akan seperti Taman Eden ya. Tapi gue sendiri blum pernah ke situ sich hehehehe…. Cuma dengar dari orang aja, kalo tempat itu bagus en indah banget.
Tetapi bagaimana jika anda mengalami hal yang sebaliknya? bagaimana anda berada di posisi “Lia”nya di kisah ini?Apa yang akan anda lakukan?

Lia dan Marie bersahabat sudah lama, semenjak SMU. Mereka dekat karena kebetulan Lia pindah rumah dan mereka nunggu di halte bis sekolah yang sama. Awalnya, mereka tidak saling bertegur sapa. Banyak gossip yang beredar juga kalo Marie tuh, orangnya tuh suka bossy, sombong en manfaatin teman. Tetapi berhubung Lia orangnya cuek en agak tertutup, dia juga cuek aja kalo ngak sapa. Suatu hari, mereka sudah mulai saling bersapa. Marie meminta bantuan untuk mengajarinnya pelajaran eksak. Lia mengatakan Lia juga tidak begitu mahir, biasanya diajarin cowoknya. Dan Marie meminta tolong, supaya kalo cowok Lia ada datang buat ngajarin, belajar nya di rumah Marie aja. Dia meminta Lia untuk datang ke rumahnya dengan alasan, ngak ada yang bisa antar dia. Sedangkan Lia ada cowoknya yang bisa menemani. Lia yang easygoing, dan merasa tidak merugikannya, dia oke2in aja. Pdahal waktu itu, cowoknya Lia juga datang dengan angkot dan merasa mesti jalan kaki ke rumah Marie, sedangkan Marie punya cowok yang punya mobil sendiri. Bukan hanya sekali Marie meminta, tetapi selalu berulangkali, malahan terkadang besok sudah ujian, Marie memaksa Lia untuk mengajarinya. Lia merasa simpati juga dengan marie. Karena Marie sering bercerita tentang masalah keluarganya dan teman-teman sekolah yang tidak mempedulikannya.
Suatu hari, untuk pertama kali Lia merasa dikecewakan. Bis sekolah mogok dan tidak bisa menjemput mereka. Marie menelepon cowoknya untuk menjemputnya di sekolah. Ketika cowoknya datang dengan mobil, Marie hanya mengatakan,” Gue jalan dulu ya Lia, cowokku sudah jemput.” Dan Lia ditinggalin begitu saja. Rasanya Lia sudah mau nangis, tapi dia tahu Lia mesti tegar dan berpikir positif. Mungkin saja Marie tidak enak dengan cowoknya sehingga tidak menawarkan tumpangan. Dia selalu bercerita cowoknya sangat care, romantis dan loyal. Setiap malam minggu, mereka pasti keliling-keliling kota dan makan di resto. Dan sering kali, cowoknya Marie jemput di halte bis sekolah. Namun Lia ditinggalkan begitu saja. Dia juga bercerita teman-teman cowoknya yang pada jayus dan enak, loyal2 juga. Mereka sering pergi bersama. Tetapi tidak pernah sekalipun dia mengutarakan niatnya untuk mengajak Lia. Untungnya Lianya juga tidak peduli karena dia juga punya banyak sahabat yang lain.
Suatu hari, ketika Lia sudah berdandan rapi dan sedang menunggu teman-teman gengnya untuk pergi bareng. Telepon berbunyi, terdengar suara Marie diseberang. Lia mengerutkan keningnya. Karena suara Marie serak-serak dan tidak jelas. Seperti Marie sedang menangis dan dalam masalah besar. Marie meminta Lia untuk menemaninya. Kali ini, Lia benar-benar bingung antara mau ke rumah Marie atau pegi dengan teman-teman gengnya. Lia sendiri punya prinsip dalam hidupnya, janji adalah janji. Dia pasti akan menepatinya kecuali hal-hal yang sudah diluar kendalinya yang menyebabkan dia harus mengikari janjinya. Dan di posisi sekarang, Lia sudah duluan janji dengan teman segengnya untuk pergi bareng. Walaupun hanya sekedar untuk JJS. “Lia, please dech. Gue benar2 butuh someone sekarang. Gue ngak tahu lagi mau cerita ke sapa?” Kata-kata Marie terngiang-ngiang terus. Tetapi kemanakah teman-teman Marie yang lain, yang selalu dia ceritakan? Mengapa Marie tidak meminta mereka aja. Akhirnya Lia mengangkat teleponnya. “Sorry Marie, gue benar-benar sudah janji dengan teman-temanku untuk pergi. Atau kamu mau ikut bareng kami aja?”
“Tidak dech, Lia. Gue di rumah aja..” “oh… benar ngak mau ikut. Kamu ngak apa khan? Nanti setelah kami pulang, gue pasti mampir di tempat u.” “Oke dech. Ngak apa kok Lia. Kamu pergi aja."
Lia menepati janjinya. Sebelum pulang, dia mampir ke rumah Marie. Dia mendapati mata Marie sembab. Sepertinya seharian Marie menangis. Dan sekarang airmatanya sudah benar-benar kering. Marie bercerita kalo dia sudah putus dengan cowoknya karena menduakannya. Lebih sedihnya, cowoknya terang-terangan menduakannya di depan matanya. Semenjak itu mereka semakin dekat. Kebetulan mereka kuliah di tempat yang sama.
Tadinya mereka tidak satu kost. Lia mendapat sahabat baru yang satu kost namanya Lany. Tetapi Marie mendapat masalah dengan family tempat dia menumpang selama kuliah. Akhirnya dia memutuskan untuk kost saja dan meminta Lia mecarikan kamar kosong. Mereka bertiga menjadi sahabat dekat, satu kost, dan satu kuliah. Mereka sering shooping bareng, makan bareng, en curhat bareng. Marie sepertinya juga sudah mulai berubah sikapnya, lebih ramah, bersahabat dan tidak banyak menuntut. Bahkan pernah sekali, dia mengajak jalan-jalan ke luar kota bareng teman-teman kuliahnya. Memakai mobil teman kuliahnya. Kesempatan yang tidak mungkin didapat 2 kali. Dan memang sich, lain kali di ajak juga, Lia dan Lany tidak mau lagi. Bahkan Lany mengatakan cukup sekali itu saja liburan dengan Marie.
Waktu itu, mereka cukup rame perginya. Ada sekitar 8orang. Dan semuanya adalah teman-teman Marie. Lia dan Lany tidak begitu kenal, sebagian malah baru kenalan disitu. Lia sebenarnya sudah hampir tidak jadi pergi. Karena jadwal mereka bertepatan dengan hari Valentine. Cowoknya Lia keberatan karena tidak bisa melewatkan Valentine bersama-sama. Mereka sampai bertengkat hebat dan hampir putus, karena Lia ngotot mau pergi. Dan Lia menyesal dengan keputusannya, karena liburannya ternyata mengecewakan. Di sana Lia dan Lany seperti nyamuk diantara teman-teman Marie. Marie hanya peduli dengan teman-temannya, dan sering kali mereka pergi tanpa mengajak Lia dan Lany. Padahal siapa sich yang mengajak???
Ketika mereka sudah terlanjur memesan beberapa hari di hotel sebelum mereka bertemu teman teman Marie yang lain yang di kota itu dan menawarkan tempat menginap. Marie dengan seenaknya pindah tempat penginapan dan membiarkan Lia dan Lany di hotel yang semula. Dengan alas an, waktu itu sudah malam mereka akan pegi ke café yang katanya indah kalo malam hari. Sementara Lia dan Lany tidak bisa pergi karena mobil full. Lany bukan orang seperti Lia, dia sangar marah dan tidak mau menegur Marie. Lia Cuma mengatakan kepada Lany, “Ayolah, jangan cemberut begitu. Yang rugi adalah diri sendiri. Dicuekin, ya udah. Kita tidak tergantung dengan mereka kok. Kita jalan berdua aja, menikmati liburan ini. Sayang khan, dah jauh2 disini. Lagian kita yang rugi kalo cemberut.
Semenjak itu, mereka sering cekcok, terutama Marie dan Lany. Lia selalu terjepit dan berusaha menempatkan diri sebagai pihak yang netral sampai mereka lulus. Marie sudah punya cowok dan bisnis sendiri dengan cowoknya. Lany juga punya pekerjaan dan aktivitas sendiri. Lia juga punya pekerjan dan bisnis sampingan sendiri dengan teman-temannya. Terakhir Lia juga mengajak Lany untuk berbisnis bersama. Kebetulan bisnisnya Marie dan Lia lumayan saling bersaing.
Semalam Lia meneteskan airmatanya. Hatinya sudah teramat sakit. Kesabarannya sudah melewati batas. Lia mengetahui, Marie menyebarkan gossip yang menjatuhkan bisnisnya Lia. Dia selalu mengatakan bisnisnya lebih bagus dari bisnisnya Lia kepada klien-kliennya dan kepada calon klien-klien. Apakah memang seharusnya khah seorang bisnisman bersikap begitu? Mengapa dia harus membandingkan bisnisnya dengan yang lain. Dan mengapa pula yang dijadikan pembanding selalu bisnisnya Lia bukan yang lain? Bukankah itu berarti bisnisnya Lia memang bagus sehingga selalu jadi pembanding?
Bukan hanya sekali Marie melakukannya, tetapi berulangkali. Berulangkali juga, Lia selalu memaafkannya. Ketika orang menanyakan testimony untuk bisnisnya Marie, Lia selalu menceritakan apa adanya. Dan tidak sekalipun dia membalas dendam. Lia masih menyapanya ketika bertemu di Mall, walupun kadang dicuekin jika di saat itu, ada teman yang lebih penting bagi Marie. Sebenarnya terkadang Lia juga pura-pura tidak melihat Marie, kalo Lia nya lagi mood jelek. Salah ngak sich sikap Lia.
Dan bukan hanya gossip, dia juga melakukan kecurangan-kecurangan kecil dalam bisnisnya dengan memakai nama Lia. Dan Lia juga memaafkannya, bahkan kadang dia membela Marie untuk kecurangannya itu. Tetapi balasannya, Marie malah berebut mitra bisnis Lia.
Dan semalam adalah puncak kesabaran Lia. Marie melakukan hal yang sama lagi. Dan Lia memutuskan untuk menghapus Marie dalam kehidupannya. Tidak menempatkannya sebagi musuh juga. Dia tidak akan peduli lagi jika suatu saat sahabatnya akan mencarinya lagi? Betulkah keputusan Lia? Ataukah seharusnya dia selalu memberikan maaf ?

Posted by love story :: 12:51 AM :: 1 Comments:

Post / Read Comments

---------------oOo---------------

Tuesday, January 02, 2007

Happy New Year 2007, Guys

Melirik ulang setahun yang lewat, ada beratus-ratus peristiwa yang mewarnai hidupku,
Awal tahun 2006, saya kehilangan my beloved Dad. Saya tidak pernah menduga papa akan pergi secepat itu. Kejadian yang tidak terlupakan. Dulu aku mengira, sakit hati adalah saat yang paling berat en sedih di hidupku. Tapi ternyata aku baru tahu, ada yang lebih meyakitkan lagi. Waktu itu aku sangat marah pada Tuhan. Karena aku sudah punya rencana dan impian yang indah. Dan papa adalah bagian dari rencana impianku. Tapi ternyata rancangan Tuhan berbeda. Dia mengubah segalanya. I really disappointed. Berbulan-bulan saya melewatinya dengan tujuan yang tidak jelas. Sampai aku mendapat satu sms dari temanku yang mengena dan menyadarkanku aku masih punya oranglain.
Berikut kutipan smsnya, " Terlalu banyak orang di dunia ini yang meremehkan waktu, anda tahu waktu selalu berjalan, tanpa anda sadari 1 tahun telah berlalu, apa yang anda hasilkan selama 1 tahun? Mungkin anda berpikir anda masih muda, wkt anda masih banyak, tetapi pernahkah anda pikirkan umur orang tua anda? Wkt kita tidak banyak, jangan sia-siakan lagi. Kerjakan hal-hal yang berguna untuk jangka panjang, yang bisa memberi anda mempunyai waktu untuk keluarga. Hidup hanya 1x, begitu juga hidup orang-orang yang anda sayangi.” Tadinya saya menyayangkan sms ini baru datang sekarang. Menurutku sudah telat. Tetapi tidak sengaja aku mengingat satu kalimat bijak, “ Sungguh benar kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya.
Yach, kurasa ini sms ini adalah waktu yang tepat yang sudah direncanakan oleh-Nya, bukan telat. Jika saja aku menerima sejak awal, mungkin saya akan seperti kebanyakan orang yang mencuekinnya dan akhirnya sms itu akan berlalu seperti sms2 lain setelah didelete, karena saya belum mengalaminya.
Sekarang saya benar2 mengerti isi sms itu. Saya masih memiliki mama, kakak, adik dan banyak saudara yang menyayangiku. Aku tidak ingin membuat penyesalan yang kedua lagi.
Dan aku membuat satu keputusan yang penting. Dan semoga Tuhan memberkati keputusanku.
Awal tahun baru ini, aku akan menyusun planning dan mencoba melakukan yang terbaik. “if u fail to plan, u have planned to fail.”
Sukses untuk semuanya. Gbu

Posted by love story :: 9:58 PM :: 1 Comments:

Post / Read Comments

---------------oOo---------------